Sahabatku Seorang Penyihir

Selasa, 28 Januari 2014 | komentar

Claire menghela nafas kelelahan. Seperti biasa, di hari libur ia melakukan aktifitas olahraga pagi dengan cara jogging di taman kota. Di bawah pohon taman yang cukup rindang itu, Claire duduk untuk menikmati angin sepoi-sepoi yang ada di sekitarnya.
Claire menoleh kesana-kemari. Setelah merasa yakin kalau tidak ada yang memperhatikannya, ia menggerakkan tangannya ke atas. Sebuah botol minum keluar dari tasnya yang terletak di atas bangku taman yang agak jauh dari tempat duduknya. Claire tersenyum tipis. Lalu tangannya ia gerakkan ke belakang. Dan botol itu pun terbang menuju kearahku. Dengan cepat Claire mengambil botol itu lalu meminumnya.
“Apa yang kamu lakukan?!” seru seseorang dari belakangnya.
Claire menahan nafas. Ia membalikkan tubuhnya dengan perlahan-lahan. Disana terlihat seorang gadis yang sedang melihat apa yang terjadi tadi. Claire mengigit bibir bawahnya dengan ketakutan. “Bukan apa-apa” Ucap Claire terburu-buru lalu pergi meninggalkan gadis itu.
Gadis itu terpaku di tempatnya. Ia tidak bisa mempercayai penglihatannya. Apa botol minuman itu benar-benar terbang? Dan botol itu seperti diatur oleh gadis tadi. Apa gadis itu mempunyai kekuatan sihir? Atau dia sedang mengelabui penglihatan orang lain?
Gadis itu berjalan dengan wanita separuh baya di depannya. Setelah sampai di tempat tujuan, tepatnya di kelas IX A mereka masuk. Lalu wanita separuh baya tersebut menyuruh gadis itu untuk memperkenalkan dirinya.
“Pagi anak-anak?” sambut wanita separuh baya itu yang bernama bu Maspuroh.
“Pagi juga bu” jawab murid-murid sekelas.
“Oke, sebelum kita mulai pelajaran, simbok akan memperkenalkan murid baru, silahkan Claire” Ucap bu Maspuroh.
“Perkenalkan nama saya Claire Veela Zeus, saya biasa dipanggil Claire. Saya harap, kalian bisa membantu saya selama disini, dan bisa menjadi teman baik saya, terima kasih.” Jelas Claire panjang lebar.
“Namanya susah amat, tapi cantik sih, hehe.” Ucap seorang murid laki-laki dengan tersenyum.
“Huuu” Sorak semua murid di kelas itu.
“Sudah-sudah kalian diam, dan Claire silahkan duduk di bangku yang kosong.” Lerai bu Maspuroh dan menyuruh Claire duduk.
Pelajaran berjalan dengan tenang sampai bel Istirahat berbunyi. Semua anak berhamburan keluar, sedangkan Claire memilih untuk tetap di kelas. Tiba-tiba ada yang menghampiri dari belakang tempat duduknya.
“Hai, Claire, kau masih ingat denganku” Ucap gadis yang menyapa Claire.
Deg, “Cewek itu ada disini?” ucap batinnya Claire.
“emm, kurasa aku ingat” jawab Claire ragu.
“hmm, maaf ya sebelumnya sudah melihat tontonan gratis eksperimenmu itu”
“Maksudnya?” tanya Claire heran.
“emm, sudahlah jangan dibahas, aku tau kau tak akan menjelaskannya padaku” jawab gadis itu.
“okeh, ngomong-ngomong namamu siapa?”
“Oh iya, saking penasarannya lupa akunya ngenalin diri, namaku Datul, lengkapnya Sa’adatul Azalia, salam kenal. hehe” ucap Datul sambil tersenyum. :)
“Oh, Datul toh namanya?” Claire ber’oh ria.
“Iya, apa kau mau jadi temanku? atau sahabatku? aku bisa jadi pendengar curhatanmu dengan baik kok” tawarnya.
“Boleh sekali, jadi sekarang kita sahabat.” Jawab Claire dengan mantap.
“Iya, sahabat.” jawab Datul dengan sangat yakin.
Setelah kejadian itu kami bersahabat sampai sekarang, dan rasa penasaranku pun sudah hilang, karena sekarang aku sudah tau siapa Claire sebenarnya. Claire ternyata benar-benar seorang penyihir, awalnya aku tidak menyangka akan hal itu, karena kukira penyihir itu hanya ada di dunia dongeng, cerita dan fantasiku saja.
Tapi anehnya lagi Claire itu penyihir yang baik dan cantik, tidak seperti penyihir-penyihir lainnya yang bersifat jahat dan berwajah jelek dengan hidung panjang lalu ada kutilnya yang amat menyeramkan. Sejak aku tau dia penyihir, aku tidak takut dengannya, aku malah berjanji untuk menjaga dan jika aku melanggar janjiku itu aku menyuruhnya untuk merubahku menjadi kodok. hehe.
Hari-hari telah kita lewati bersama. Aku bersyukur punya sahabat penyihir sepertinya, yang mempunyai banyak kesamaan denganku, walau tak semuanya. Tapi lama kelamaan, Claire mendapat teror yang membuat kami sontak terkejut. Teror itu datang setiap hari, bahkan terakhir yang kulihat Claire mendapat sebuah kado berisi boneka penyihir yang ditusuk pisau dan berdarah. Di kado itu berisi surat yang tertulis “Penyihir harus Mati!!!”.
Aku tidak tau siapa yang mengirimnya, namun Claire menuduhku yang membuat teror itu, karena yang dia tau cuma akulah yang dia ceritakan tentang Identitasnya itu sebagai penyihir.
Aku selalu meminta maaf padanya, tapi dia tidak mau percaya padaku.
Kali ini aku sms padanya dan menyuruhnya untuk menemuiku di taman.
“Aku tunggu tepat jam 20.00 di taman, aku mohon kau datang”.
Waktu menunjukan jam 20.00 tepat. Claire mencari sosok orang yang tadi mengajaknya bertemu.
“Dimana Datul? katanya dia menungguku, tapi kenapa dia tidak ada?” Claire mendengus kesal.
“Akh, pasti dia bohong dan mengingkari janjinya lagi!” dumelku sambil menunggu Datul. “huh, Lebih baik aku pulang!” lanjut Claire sambil berjalan. Tiba-tiba dari belakang ada yang memukul Claire sehingga membuat Claire pingsan.
Bangun-bangun Claire sudah di tempat yang sangat kotor dan kumuh, tepatnyan di gudang. Tapi siapa yang membawa Claire kesini? dan kenapa Claire duduk dengan keadaan terikat? Claire terus bertanya-tanya dan Claire mulai ketakutan.
“Pasti Datul yang melakukan ini semua, dari dia tau tentangku dan berpura-pura menjadi sahabatku, lalu menerorku, dan sekarang dia akan mencelakakan aku”. Batin Claire. Claire menuduh Datul seenak hatinya, tapi dugaannya ternyata salah ketika seseorang pria paruh baya itu muncul di depannya.
“Ayah?” spotan aku kaget ketika tau orang yang mengurungku ternyata ayahku sendiri.
“Diam kau! Aku bukan ayahmu, dan kau bukan anakku, tapi kau anak Penyihir!” Bentak pria paruh baya itu, yang membuatku sakit hati.
“Ayah, kenapa tega lakuin ini? Kenapa ayah tega mengikat aku di tempat seperti ini? Apa akan membunuhku? Seperti halnya ayah membunuh ibu, karena ibu juga seorang penyihir?” Ucap Claire semakin lirih dan menangis.
“Rupanya kau sudah tau maksudku anak penyihir! Hahaha” ucap pria itu sambil tertawa.
“KREK” Terdengar seperti botol yang terinjak orang lain dari dekat pintu. Ternyata sedari tadi orang itu melihat kejadian itu dari awal dan mendengar semua perkataan mereka.
“Siapa disana, cepat keluar!” suruh pria itu.
“Akh, sial aku ketauan lagi” Batinku. Kutekadkan keluar dari tempat persembunyianku itu, lalu menghadap mereka.
“Datul” ucap Claire kaget.
“Oh, jadi ini temanmu? Kalau begitu dia juga harus mati, karena telah tau pebuatanku ini. Cepat angkat tanganmu!” Suruh praia itu menyidirkan pistolnya dan mengarah ke aku.
“Tidak ayah! Bunuh saja aku, Datul tak bersalah!” Claire menangis.
“Tidak bunuh saja aku, dan lepaskan Claire, dia anakmu om, sadarlah” Ucapku.
“Tidak! Kalian berdua harus mati!” Pria itu menembakku, tapi nihil. Sebelum peluruh meluncur ke arahku, ada hembusan angin besar yang dari arah Claire, sehingga pelurunya tak sempat ke arahku malah ke arah lain. Ternyata Claire mencoba menolongku dengan sihirnya, sesudah ia melepas ikatan dari tubuhnya dengan sihirnya juga. Dan pria itu ikut terdorong oleh angin tersebut yang membuatnya terbentur ke tembok lalu mati. Setelah kejadian tersebut Claire meminta maaf padaku, karena dia telah salah menilaiku, aku pun begitu. Kami juga sama-sama berterimakasih satu sama lain. Dan Kami pun akan terus jadi Sahabat.
- THE END -
Penulis Cerita: Sa’adatul Azalia
Bagikan :

 
 
Copyright © 2014 Kotatulis - All Rights Reserved
Hak Cipta dan Ketentuan | Tentang Kami