Pagi yang cerah, udara yang sejuk di daerah sekitar danau toba. Saat itu ku langkahkan kaki ku setapak demi setapak menuju ke balkon vila yang ku tempati untuk beberapa hari ini. Ku pandangi alam yang indah ini. Tak puas melihat dari atas balkon aku pun bergegas turun dan berkeliling di sekitar daerah danau toba. Aku sangat menikmati pemandangannya sampai-sampai aku tak melihat sosok pria yang jalan di depanku, dia membawa kamera digital. Karena menyenggol bahu ku, kamera ia pun terjatuh dan akhirnya bagian-bagiannya sudah berserak di tanah.
“hey kau! Kenapa jalan gak lihat-lihat? Kau lihat itu apa yang telah kau buat! Kalau punya mata dipake! Jangan dipajang aja di muka kau itu!” cerocos pria tersebut dengan muka marah.
Dengan muka yang terkesan malu, aku pun hanya bisa berkata “maaf aku gak sengaja menyenggolmu”
“gak sengaja? Dasar ceroboh! Ta..p..i tung..gu, sepertinya aku kenal dengan kau! Apa mungkin kauuu del..ia siregar? Mantanku sewaktu SMA?” tanya pria tersebut dengan muka penasaran.
“ha? Gimana bisa kau tau namaku? Apa mungkin ka…uu mar..io ardi..aan tarigan? io?” tanyak balik lia ke pria yang bernama rio itu.
“tunggu! Sepertinya kita perlu banyak cerita, apa kau mau sarapan pagi dengan ku?” ajak mario
“Maaf aku gak bisa, aku harus pergi” jawab lia dengan terbata-bata dan bergegas pergi meninggalkan mario.
Dengan muka yang terkesan malu, aku pun hanya bisa berkata “maaf aku gak sengaja menyenggolmu”
“gak sengaja? Dasar ceroboh! Ta..p..i tung..gu, sepertinya aku kenal dengan kau! Apa mungkin kauuu del..ia siregar? Mantanku sewaktu SMA?” tanya pria tersebut dengan muka penasaran.
“ha? Gimana bisa kau tau namaku? Apa mungkin ka…uu mar..io ardi..aan tarigan? io?” tanyak balik lia ke pria yang bernama rio itu.
“tunggu! Sepertinya kita perlu banyak cerita, apa kau mau sarapan pagi dengan ku?” ajak mario
“Maaf aku gak bisa, aku harus pergi” jawab lia dengan terbata-bata dan bergegas pergi meninggalkan mario.
Ditemani dengan cuaca yang sejuk di sini, aku pun berjalan menuju balik ke villa dan mulai merasa kepikiran dengan orang yang ku tabrak tadi. “gimana bisa aku jumpa dengan dia lagi? Aku sudah melupakannya, ya tuhan jangan biarkan rasa itu hadir kembali” gumam ku dalam hati.
Setelah berjalan beberapa menit aku akhirnya tiba di vila dan bergegas masuk ke kamar, di kamar aku terpikir dia lagi, iya dia si mario itu! Tapi kalau ku ingat kembali itu tabrakan yang terindah setelah bertahun-tahun aku tak jumpa denganya lagi.
Tiba-tiba saja aku merasa kecipratan air, ternyata itu adalah temanku yang menyiram air ke muka ku agar aku bangun :D ternyata tabrakan terindah itu tidak ada dan hanya sebuah mimpi. Tapi aku berharap agar bisa jumpa dengan mario ataupun sekedar mengetahui kabarnya saja. Tetapi hanya sebagai teman.
Pengarang Cerita: Risma Mutia