Tak Secerah Bulan

Senin, 13 Januari 2014 | komentar

Malam ini bulan bersinar dengan sangat cerah, tapi itu tak secerah hatiku saat ini. Rembulan, itulah namaku. Aku tengah menantikan sang bintang yang bisa menerangi hari-hariku. Sayangnya takdir berkata lain, dari mulai terbit sampai terbenam tak ada satu pun bintang yang bisa membuat hariku lebih cerah. Bintang-bintang lebih mementingkan urusannya sendiri dengan bersinar sesuai kemampuannya sendiri.
Suatu hari aku bertemu dengan seseorang, namanya Bumi. Dia memintaku untuk menemaninya dalam menjalani hidupnya. Aku pun bersedia menjadi pasangannya, ya bisa dibilang pacar. Tapi takdir berkata lain, beberapa minggu setelah terjalinnya ikatan spesial itu Bumi berkata bahwa kami tak bisa bersama lagi. Aku menerima alasannya bahwa aku tidak bisa menerangi hari-harinya.
“Baiklah, kamu juga bukanlah seseorang yang selama ini kucari,” ucapku padanya malam itu. Bumi memang bukan bintang, dia sangat sibuk dengan kegiatan-kegiatan sehari-harinya. Aku pun menyadari bahwa kami tidak bisa saling menerangi.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun, aku masih belum menemukan seseorang yang sesuai untukku. Sampai suatu malam hati ini terasa sangat cerah. Aku melihat seseorang yang amat sangat memukau. Hati ini bergetar ketika kumelihat senyumannya. Tapi kali ini otakku berkata lain, aku tidak akan mungkin memilikinya. Dan perkataan otakku membuat hati ini sakit dan berusaha menghapusnya yang telah bersemayam dalam hati ini. Perkataan itu menjadi awal dari tingkahku yang tak berani menanyakan namanya, menyapanya, bahkan untuk tersenyum kepadanya. Dan di setiap pertemuannya, kami hanya diam dan aku hanya menunduk.
Kini aku tengah mencari seseorang yang lain untuk mengusirnya dari hati ini. Tapi itu masih sangat jauh dari jangkauan, karena di hati ini penuh dengan dirinya.
Meski tak memilikinya, aku masih bisa merasakan cahayanya menerangi hari-hariku sehingga malam ini masih terasa cerah. Karena tak tahu dan tak pernah ingin tahu namanya, aku menyebutnya MATAHARI…
Penulis Cerita: Septi Rahayu
Bagikan :

 
 
Copyright © 2014 Kotatulis - All Rights Reserved
Hak Cipta dan Ketentuan | Tentang Kami