“Minggir pak” ucap kakak sepupu ku
angkot pun berhenti. kaki ku melangkah terasa berat dan mata ku terus mencari dimana sesosok laki-laki yang akan ku temui..
angkot pun berhenti. kaki ku melangkah terasa berat dan mata ku terus mencari dimana sesosok laki-laki yang akan ku temui..
Aku gadis remaja yang duduk di bangku SMP kelas 3 di Kota Bekasi, dan aku anak perempuan satu-satunnya.
saat itu kakak sepupu ku memperkenalkan aku dengan temanya walaupun baru melalui Handphone.
Kring… kring.. handphone ku berbunyi
“Hai ade” ucapnya
“ya, hai juga ini siapa?” ujar ku
“ini epen teman kakak sepupu kamu”
Perbincangan kami yang begitu lama melupakan waktu aktivitas
saat itu kakak sepupu ku memperkenalkan aku dengan temanya walaupun baru melalui Handphone.
Kring… kring.. handphone ku berbunyi
“Hai ade” ucapnya
“ya, hai juga ini siapa?” ujar ku
“ini epen teman kakak sepupu kamu”
Perbincangan kami yang begitu lama melupakan waktu aktivitas
Hari demi hari, bulan demi bulan membuat aku dan kak epen semakin akrab, terkadang aku dimanja, dimarahin, bahkan di ledekin tapi itu semua membuat aku semangat sekolah.
Waktu liburan sekolah tiba aku dan keluarga berlibur ke rumah kakak sepupuku
“HOREE..!!” dalam hatiku bersorak
“HOREE..!!” dalam hatiku bersorak
Esok harinya kakak sepupuku mengajak menemui kak epen, baju warna pink dan celana jeans dengan rambut ku yang dihiasi karet wana-warni membuat wajah ku seperti anak-anak
“Minggir Pak” ucap kakak sepupu ku
jantung ku yang berdebar cepat, kaki ku terasa berat untuk turun mataku mencari dimana sesosok laki-laki yang akan ku temui.
“Minggir Pak” ucap kakak sepupu ku
jantung ku yang berdebar cepat, kaki ku terasa berat untuk turun mataku mencari dimana sesosok laki-laki yang akan ku temui.
Langkah kami semakin dekat menuju 2 orang laki-laki yang sedang duduk. wajah ku kini merah tersipu malu
“kok kalian berdua lama” ucap epen
“macet di jalan, oh iya tina kenapa diam katanya pengen ketemu kakaknya”
(tertawa kecil)
“kok kalian berdua lama” ucap epen
“macet di jalan, oh iya tina kenapa diam katanya pengen ketemu kakaknya”
(tertawa kecil)
Kak epen mengulurkan tanganya kepadaku walau aku hanya dapat tersenyum malu-malu. laki-laki yang berbadan tinggi dan atletis itu walau memakai kacamata membuat ku tak ingin kehilangan seorang kakak
“Dek..” sapa epen
“iya kak”
“Rambut kamu lucu ya, sayang belum punya pacar” ledek epen
(dengan tawa kecil)
(menghela nafas panjang) “gak lucu tau”
Tanganya yang kini merangkulku penuh kasih sayang tak ingin ku melepaskanya. waktu yang tidak terasa sudah sore membuat kami untuk bergegas pulang.
“Kak”
“ada apa dek?”
“aku ingin ikut sama kakak”
(Air mata yang tak tertahankan membasahi pipinya)
“lho.. kenapa kamu menangis? kan masih ada waktu untuk ketemu kakak janji kakak akan jemput kamu untuk tinggal bersama kakak jadi.. kamu jangan nangis lagi ya..”
“iya kak, aku tunggu janji kakak”
tersenyum dan memeluknya
“Dek..” sapa epen
“iya kak”
“Rambut kamu lucu ya, sayang belum punya pacar” ledek epen
(dengan tawa kecil)
(menghela nafas panjang) “gak lucu tau”
Tanganya yang kini merangkulku penuh kasih sayang tak ingin ku melepaskanya. waktu yang tidak terasa sudah sore membuat kami untuk bergegas pulang.
“Kak”
“ada apa dek?”
“aku ingin ikut sama kakak”
(Air mata yang tak tertahankan membasahi pipinya)
“lho.. kenapa kamu menangis? kan masih ada waktu untuk ketemu kakak janji kakak akan jemput kamu untuk tinggal bersama kakak jadi.. kamu jangan nangis lagi ya..”
“iya kak, aku tunggu janji kakak”
tersenyum dan memeluknya
Hanya sebuah foto dan selembar surat yang diberikaan untuk kak epen, setelah satu bulan aku hilang komunikasi dengan kak epen walau kini aku telah di sumatera tapi aku masih menunggu janji kak epen padaku.
TAMAT
Penulis Cerita: Hanna Cristina