Ketika Setangkai Bunga Mati

Jumat, 17 Januari 2014 | komentar

“ma, pa lihatlah pelangi itu indah banget ya, aku senang sekarang apa yang aku impikan bisa terwujud semua berkat kak Bunga” kata Mekar adik tiri aku.
Kini aku sedang menikmati indahnya pelangi bersama keluarga baruku, dalam hati aku sangat berterima kasih sama sahabatku yang sangat aku rindukan, karena dia kebahagiaan ini bisa aku rasakan dan aku bisa dapat melihat indahnya pelangi yang selama ini tak dapat kulihat, aku juga bisa melihat bunga yang selama ini aku hanya bisa mencium baunya yang wangi, walau aku nggak bisa melihat cantiknya wajah asli sahabatku itu, tapi aku tetap senang bisa melihat semua keindahan yang tuhan berikan dan yang selama ini tidak bisa aku rasakan.
Dari kecil aku nggak bisa melihat indahnya karunia tuhan, indahnya alam ini, yang bisa aku lihat hanyalah kegelapan sampai ahkirnya aku bisa melihat karena sahabat aku Bunga, dia adalah orang yang selalu menebarkan keceriaan, kebahagiaan, juga kedamaian di hati, seperti bunga yang bermekaran membuat hati orang jadi senang dan bahagia. Walau aku yakin dia tak setegar itu, aku yakin di hatinya yang paling dalam dia pasti merasakan sedih yang luar biasa, melebihi sedihnya hatiku karena aku di lahirkan sudah tak bisa melihat indahnya dunia ini, tapi dari Bunga aku selalu belajar untuk menghadapi kehidupan ini dengan keceriaan.
Saat itu hari sedang hujan, dan aku sedang menikmati memainkan piano di depanku, dari kecil aku sudah berbakat memainkan piano dan banyak prestasi yang telah aku dapat dari main piano dan dari main piano aku bisa membantu mama aku, karena sejak di tinggal papa, mama yang harus mencari nafkah untuk menghidupi aku dan mama, juga untuk biaya pengobatanku, aku sering kali merasa kasihan dengan mama karena walau mama selalu bilang mama bisa menghidupi aku sendiri tapi aku yakin di hati kecil mama, mama butuh seorang pendamping dalam hidupnya yang bisa membahagiakan dia juga aku dan bisa menggantikan sosok papa yang sudah lama mama rindukan.
Saat aku sedang asyik memainkan pianoku tiba2 ada suara yang mengagetkanku dan suara itu tak asing lagi bagiku,
“hei… asyik banget main pianonya sampai nggak sadar dari tadi aku disini ngelihat kamu, memang bau badan aku nggak bisa kamu kenalin ya, apa kurang wangi ya badan aku, wah kurang nih minyak wanginya tadi sih maunya sebotol tapi takut kamu ntar pingsan” kata Bunga yang dari tadi memperhatiin aku main piano
Aku nggak sadar kalau Bunga di situ, biasanya dari bau badannya aku bisa tahu kalau di situ ada Bunga sahabat aku itu, tapi kalau sekarang nggak tahu kenapa aku nggak sadar kalau dia ada di situ mungkin karena aku terlalu asyik main pianonya,
“maaf deh aku terlalu asyik main piano jadi aku nggak sadar kalau kamu di situ”,
“iya dimaafin kok, oh ya aku mau ngajak kamu ke tempat yang asyik banget”,
“memang mau kemana sih kan masih hujan” tanyaku penasaran,
“pokoknya ntar aku akan bawa kamu ke tempat yang hawanya sejuk banget dan di jamin setelah dari situ kamu akan merasa lebih fresh, dan ni hujannya dah mau berhenti kok”,
“ya udah ayo” kataku sambil memraba-raba dan mencari tangan Bunga,
Bunga menuntunku sampai ke ruang tamu dan di situ ada mamaku, kemudian aku dan Bunga pamitan ke mamaku. Setelah berpamitan Bunga langsung menuntunku masuk ke mobilnya, dalam hati aku penasaran Bunga mau bawa aku kemana, setelah Bunga memperhentikan mobilnya Bunga langsung membukakan pintu untukku, saat aku keluar aku merasakan udara yang sejuk, segar dan benar saja baru beberapa detik saja di situ aku merasa fresh, lalu Bunga menuntunku ke suatu tempat, di situ aku mencium bau wangi bunga-bunga sepertinya di situ banyak tumbuh bunga, setiap mencium aroma wangi Bunga aku selalu merasa semua masalahku hilang, walau dari dulu aku nggak pernah bisa melihat indahnya bunga yang membuat hatiku damai itu, aku tetap bisa merasakan keindahan bunga itu. Tak dirasa Bunga menbantuku untuk duduk di sebuah bangku,
“kamu bisa merasakan kesegaran, kesejukan dan keindahan tempat ini kan rah” Tanya Bunga,
“nga walau aku nggak bisa melihat indahnya tempat ini tapi aku bisa merasakan kesejukan, keindahan dan aku bisa mencium bau bunga yang ada di tempat ini” jawabku lalu mengambil nafas dalam-dalam,
“iya rah kamu tau nggak dari sini kita bisa melihat pelangi dengan jelas kan dulu kamu pengen melihat pelangi yang kata orang indah itu kan dan kamu pernah tanya ke aku apa benar kalau pelangi itu indah dan aku jawab iya, mungkin aku nggak bisa memperlihatkan bagaimana pelangi itu ke kamu tapi, aku akan berusaha untuk memperlihatkan ke kamu rah, mungkin suatu hari nanti kamu akan bisa melihat pelangi ini tapi bukan dengan aku rah” terang Bunga
Dari nada bicaranya aku tau dia lagi nangis, lalu aku mengarahkan tanganku ke wajah Bunga, dan berusaha menghapus air matanya.
“aku nggak pengen lihat kamu sedih nga aku nggak mau di tempat yang indah ini kamu nangis, sampai kapanpun aku nggak mau kamu pergi ninggalin aku, jika memang aku bisa melihat indahnya pelangi di tempat ini aku ingin melihat pelangi bersama kamu nga, kamu tau kan kamu adalah satu-satunya sahabat yang mampu ngertiin aku, kamu satu-satunya sahabat yang aku punya nga” kataku ke Bunga dan seketika aku merasakan air mataku mulai menetes dari mataku,
“ih siapa yang nangis neng aku nggak nangis kok ini tadi cuma air gerimis hujan ini yang kamu hapus dari pipiku tadi kamu tuh yang nangis aku juga nggak mau di tempat yang indah ini kamu nangis” kata Bunga sambil menghapus air mata di pipiku,
“ayo senyum donk kamu nggak suka ya aku ajak ke tempat ini dari tadi aku nggak lihat senyum manismu itu” sambung Bunga, lalu aku pun senyum untuk sahabatku itu,
“aku senang banget nga kamu ajak ke sini, walau aku hanya bisa ngerasain sejuk dan segarnya tempat ini itu dah cukup buat aku nga”
Lalu kami pun tersenyum memberi senyum satu sama lain dan sesaat kemudian kami tertawa berdua bercanda dan membagi tawa, tiba-tiba di tengah asyiknya perbincangan kita, Bunga seperti mengerang kesakitan
“aduh sakit banget, sakit rah sakit aduh rah sakit”
tiba-tiba aku merasakan tangan Bunga yang tadinya erat memegang tanganku mulai terlepas dan aku mendengar suara benda jatuh, oh tidak mungkin itu Bunga pingsan benar aku mendapati Bunga pingsan di tanah, kemudian aku minta tolong orang yang ada di situ, tapi sepertinya tak ada orang di situ karena dari tadi aku teriak minta tolong, tak ada satupun orang yang datang menghampiri aku, kemudian aku menghubungi mamaku yang kebetulan di deretan kontak mamaku ku taruh di atas supaya gampang untuk menghubungi mama, lalu aku beri tahu ke mama kalau Bunga pingsan, karena Bunga tadi sempat di tanya mama mau kemana jadi mama langsung tahu dimana aku dan Bunga sekarang, tak lama kemudian mama datang lalu membawa Bunga ke rumah sakit. Bunga memang anak yang ceria, cerdas, tegar dan mudah bergaul dengan siapa saja dia juga gadis yang baik hati selalu menolong siapa saja tanpa memandang status sosial, tapi Bunga tak setegar itu ada tumor yang ganas yang menggerogoti tubuh Bunga, tapi dia tetap berusaha ceria dan tegar di hadapan semua orang karena dia nggak mau melihat semua orang sedih melihat keadaannya yang memperihatinkan, dari Bunga aku juga belajar Bunga yang menghadapi penyakit yang mungkin bisa membawanya pada kematian kapan saja kenapa aku cuma di beri cobaan tak dapat melihat indahnya alam ini saja menyerah pada hidup. Aku menunggu Bunga di pelukan mama
“oh ya rah kamu dah kasih tahu keluarga Bunga belum” Tanya mama
Kemudian aku sadar kalau aku belum kasih tau keluarga Bunga, memang selama ini mama belum pernah bertemu dengan papa dan adiknya Bunga, lalu aku nyuruh mama buat memberi tahu papa Bunga kalau Bunga sedang ada di rumah sakit, tak lama kemudian papa dan Mekar adik Bunga datang, ternyata papa Bunga adalah Bos di tempat mama kerja jadi mereka sudah saling kenal bahkan mama sudah kenal dengan Mekar adik Bunga tapi mama belum pernah ketemu dengan kakak Mekar yang tak lain tak bukan adalah sahabat aku sendiri Bunga, saat itu Mekar dan papanya Bunga sangat sedih melihat keadaan Bunga yang terbaring lemah di atas tempat tidur, tak seperti Bunga yang ceria dan tegar, sekarang yang mereka lihat adalah Bunga yang lemah dan tak berdaya. Seperti bunga yang lagi layu. Selang beberapa menit Bunga langsung sadarkan diri,
“pa aku dimana pa?” tanya Bunga lemah,
“kamu di rumah sakit sayang…” jawab papanya Bunga
“iya nga kamu tadi pingsan saat kita lagi lihat pelangi”
“maafin aku ya rah pasti kamu tadi panik banget ya” kata Bunga sambil memegang tanganku
“nggak pa-pa kok nga” Jawabku
lalu aku dan mama pun pamit pulang. Keesokan harinya hari hujan lagi tapi aku maksa mama supaya ngantar aku ke rumah sakit nengok Bunga, kemudian papa Bunga datang dan jemput kami berdua karena tadi Bunga sempat meminta papanya buat jemput aku dan mama, sesampainya di rumah sakit aku langsung masuk ke kamar Bunga, dan mama sedang bersama papa dan adiknya Bunga, aku dengar mereka tertawa bersama, sebelumnya aku belum pernah ngelihat mama sesenang ini dari papa meninggal sejak mama bekerja di tempatnya papanya Bunga mama nggak pernah sedih lagi, aku nggak pernah dengar mama nangis sendiri lagi kalau malam, sesampainya aku di kamar Bunga aku langsung menggerakan tanganku meraba-raba tempat tidur Bunga dan perawat yang tadi menuntunku ke kamar Bunga membantuku duduk di kursi di depan tempat tidur Bunga kemudian meninggalkan kami berdua,
“hujannya deras juga ya rah?” kata Bunga memulai pembicaraan
“iya nga, kayaknya ampek malam deh”
“masa sih rah padahal aku pengen ngelihat pelangi lagi bersama kamu di tempat yang kemarin”
“tapi kalau hujannya sederas ini ya nggak bisa dong nga”
“aku yakin pasti bentar lagi hujannya akan berhenti, ntar kalau hujannya berhenti kamu mau nggak nemenin aku ke tempat kemarin”
“iya pasti aku mau nga”
Benar saja tiba-tiba saja hujannya berhenti dan bunga mengajakku ke tempat kemarin dan aku minta izin ke papanya Bunga kalau aku dan Bunga mau lihat pelangi, awalnya papanya Bunga nggak ngizinin tapi setelah di paksa Bunga dia langsung ngizinin.
Sesampainya di sana Bunga langsung mengajak duduk di bangku kemarin.
“kamu bisa rasakan keindahan tempat ini kamu tahu nggak aku pengen banget meninggal disini rah” kata Bunga lemah
“nga kamu nggak boleh ngomongin kematian, aku nggak pengen di tempat ini kita ngomongin itu”
“tapi aku ngerasa kalau tempat inilah yang cocok untuk tempat meninggal aku nantinya, rah boleh nggak aku sandaran di bahu kamu” kata Bunga sambil menyndarkan kepalanya di bahuku
“iya boleh nga” jawabku sambil mengelus rambut sahabatku itu.
“rah kamu tau nggak kamu tu satu-satunya sahabat yang aku punya, kamu sahabat yang mampu ngertiin aku, aku pengen ngelihat kamu bahagia, kamu pengen nggak ngelihat aku bahagia rah”
“iya nga karena kamu juga sahabat yang paling aku sayang”
“kalau kamu ingin ngelihat aku bahagia jangan pernah kamu netesin air matamu apapun yang terjadi kamu nggak boleh netesin air matamu kamu mau nggak janji sama aku”
“iya nga aku janji”
“makasih ya rah”
tiba-tiba aku ngerasa genggaman tangan Bunga melemah dan aku tak merasakan nafas Bunga lagi berhembus.
“nga Bunga kamu kenapa nga kok nggak jawab nga, mama, om, Mekar Bunga”
Seketika mama, papanya Bunga dan Mekar yang sedari tadi melihat kami dari kejauhan menghampiri aku dan Bunga.
Setelah meninggalnya bunga aku bisa melihat keindahan alam ini, sebelum Bunga pergi dia berpesan kepada dokter untuk donorin kornea matanya untukku aku sangat berterima kasih sama Bunga, karena ini sangat berarti banget untukku, tak cuma itu kebahagiaan yang di tinggalkan Bunga untuk kehidupanku, kini aku bisa melihat mama bahagia lagi kayak dulu saat papa masih ada dan kini aku punya keluarga baru, sebelum Bunga meninggal dia sempat punya satu permintaan kepada papanya untuk menikahi mamaku karena dia tau kalau papanya dan mamaku saling mencintai dan dia ingin melihat kebahagiaan adiknya yang dari dulu ingin mama, dan Mekar sangat akrab dengan mamaku dan menurutnya mamaku bisa menggantikan mamanya, walau kini Bunga tak ada tapi dia meninggalkan berjuta kebahagiaan untuk orang di sekitarnya, semenjak aku bisa melihat dan aku punya keluarga baru yang berbahagia, aku selalu ngajak adik aku Mekar untuk melihat pelangi sehabis hujan, kegiatan yang pernah aku lakukan dengan Bunga sebelum dia pergi meninggalkan semua orang yang menyayangi dirinya, kini kegiatan melihat pelangi sehabis hujan menjadi kegiatan yang wajib untuk aku dan Mekar, setelah hujan berhenti aku pasti mengajak Mekar ke tempat di mana dulu Bunga ngajak aku ngelihat pelangi, aku sangat beruntung memiliki sahabat seperti Bunga walau bagaimana juga yang bisa memberi aku kebahagiaan yang tiada tara ini adalah Bunga tanpa dia mungkin sekarang aku nggak bisa melihat keindahan alam ciptaan tuhan ini, dan mungkin mama nggak akan pernah nemuin papa dan aku nggak akan pernah bisa merasakan mempunyai adik seperti Mekar, aku sangat senang sekali.
“eh kak Farah kok dari tadi diam terus ada apa sih kak lihat kak bunga-bunga yang bermekaran itu menginggatkan Mekar pada kak Bunga yang mungkin lagi bersama malaikat di sana, dulu kak Bunga pernah bilang ke Mekar kalau dia ingin bersama mama dan ingin bermain bersama malaikat di langit sana kak, apa mungkin sekarang kak Bunga sedang bersama mama dan bermain bersama malaikat ya kak” tanya Mekar yang kemudian menyadarkanku dari lamunanku,
“iya Mekar sayang mungkin sekarang kak Bunga sedang menari-nari bercanda tawa dengan para malaikat di langit sana” jawabku sambil menatap wajah polos Mekar,
“kak apa kak Bunga juga melihat pelangi bersama mama kak, aku pengen kak Bunga merasakan apa yang Mekar rasakan sekarang Mekar dah punya mama dan kakak baru tapi Mekar nggak akan pernah melupakan mama dan kak Bunga dari hati Mekar kak Bunga akan jadi kakak Mekar yang Mekar sayangi selalu”
“iya Mekar pasti kak Bunga merasakan apa yang Mekar rasakan”
“aku kangen kak Bunga kak”
“kakak juga kangen banget sama kak Bunga”
Sejenak suasana di sana menjadi haru dan setelah muncul pelangi yang indah suasana jadi ceria lagi. Bunga aku janji aku nggak akan pernah netesin air mata ini dengan kebahagiaan yang telah kamu beri kepadaku, aku akan jadi yang terbaik untuk Mekar dan papamu walau aku tau aku nggak mungkin bisa menggantikan posisimu di hati mereka tapi aku akan mencoba untuk menjadi yang terbaik bagi mereka, kini kusadari bahwa dengan kepergian dirimu itu sama halnya dengan setangkai bunga yang mati, jika setangkai bunga itu mati pasti membuat orang yang ada di sekitar menjadi sedih, tapi wanginya akan selalu di simpan dalam hati, seperti kamu Bunga saat kamu pergi semua orang yang menyayangimu akan merasa sedih tapi kamu akan di kenang dan tak akan pernah dari hati mereka, dan kamu juga meninggalkan wangi yang begitu berarti untuk orang yang menyayangimu, kamu meninggalkan kebahagiaan yang sudah di rindukan dari dulu, dan kamu mewujudkan keinginan walau tak semua keinginan itu kamu penuhi tapi itu sudah lebih dari cukup untuk mereka, begitu juga untuk diriku yang masih merasa beruntung bisa kenal ma kamu bahkan bisa bersahabat dengan kamu, terima kasih Bunga, sampai kapanpun wangimu akan kusimpan dalam hatiku.
Penulis Cerita: Dewi Anilasari
Bagikan :

 
 
Copyright © 2014 Kotatulis - All Rights Reserved
Hak Cipta dan Ketentuan | Tentang Kami