Simpanan

Senin, 13 Januari 2014 | komentar

“ini mas tehnya” ucap Sarah dengan lembutnya pada sang suami, Sarah kemudian duduk di samping suaminya dan menyandarkan kepalanya ke bahu sang suami yang baru saja pulang. Tangan suaminya pun langsung menyambut sandaran Sarah dengan memeluk bahu Sarah sembari sesekali tanganya membelai rambut Sarah yang panjang dan mengelus-elus perut Sarah yang sedang hamil tua.
“Bagaimana keadaan bayi kita”
“Kata dokter, mungkin bayi kita akan lahir beberapa hari lagi mas!”
“Maafkan aku sayang, aku nggak bisa antar kumu ke dokter”
“Nggak apa-apa kok mas, aku juga tahu kalau mas juga sedang sibuk”
Sarah tiba-tiba berdiri pergi menuju dapur dan meninggalkan suaminya yang sedang menikmati teh buatanya.
“Ini mas, tadi aku buat pisang goreng spesial buat mas” ucap Sarah sambil menaruh piring berisi pisang goreng yang masih hangat di atas meja.
Sarah pun kembali duduk di samping suaminya. Tiba-tiba ia teringat saat-saat pertama dia bertemu dengan suaminya. Mereka bertemu pertama kali di sebuah cafe sekitar 16 bulan yang lalu. Sebenarnya pertemuan mereka tidak disengaja. Saat itu Sarah hendak membayar pesanannya tapi ternyata Sarah lupa tidak membawa dompet. Dia tampak bingung mencari-cari dompet di dalam tasnya. Tiba-tiba datang seorang laki-laki yang cukup tampan menghampiri Sarah yang sedang sibuk mencari dompetnya
“Ada apa mbak?” ucap laki-laki yang mengapiri Sarah itu.
“Anu mas, kelihatanya dompet saya hilang!”
Kemudian laki-laki itu mengelurkan kartu kreditnya dari dompet.
“Di bayar pakai ini aja mas” ucap laki-laki yang kini sudah menjadi suami Sarah itu kepada kasir.
Dari situlah Sarah dan suaminya bertemu. Dari kejadian tersebut mereka saling berkenalan dan saling bertukar nomor hp. Dan 6 bulan berselang mereka berdua menjadi suami-istri.
Tiba-tiba hp suami Sarah berbunyi. Sarah pun terbangun dari lamunanya tentang pertemuanya dengan sang suami dulu. Suaminya kemudian berdiri dan mengabil hpnya di dalam saku celananya dan kemudian berjalan pergi menuju ke belakang meninggalkan Sarah yang sedang duduk di sofa.
“Iya-iya mah, papah sebentar lagi pulang, papah sedang di jalan” terdengar lirih kata-kata sang suami di telinga Sarah.
Sang suami kemudian kembali ke ruang tamu. tapi belum sampai sang suami duduk. Sarah sudah mengajukan sebuah pertanyaan.
“Telefon dari siapa mas?”
“dari istriku, aku harus segera pulang, dia sedang mencariku”
Mendengar kata-kata tersebut Sarah hanya bisa diam. Dia menyadari posisinya sekarang, ia hanyalah istri simpanan. Ini adalah resiko yang harus ia terima, ia tak dapat memiliki sang suami seutuhnya. Suaminya hanya pulang ke rumahnya 2-3 hari itu pun hanya dari jam 18:00 sampai jam 21:00 bahkan terkadang hanya sampai jam 19:00.
“kalau begitu aku pulang dulu ya sayang!”
“mas, tapi mas nanti bisakan nungguin aku, kalau aku lahiran?”
“ya..!, kamu berdoa saja semoga mas ada waktu untuk nungguin kamu lahiran”
Sang suami pun masuk ke dalam mobilnya dan bersiap meninggalkan Sarah. Sarah pun melambaikan tanganya dan mobil sang suami meluncur meniggalkan Sarah. Sarah pun kembali masuk ke rumahnya dan mengunci pintu rumahnya dengan hati yang menanggis. Dan kembali menuggu, semoga esok suaminya akan pulang ke rumahnya lagi.
Sebenarnya pernah terlintas di fikiran Sarah untuk hidup normal seperti wanita-wanita lainya. Apalagi wajah Sarah begitu cantik pasti banyak lelaki di luar sana yang ingin mempersuntingnya. Tapi apa boleh di kata ini adalah jalan yang sudah dipilih Sarah apapun yang terjadi dia harus menerimanya. Karena cintanya, hatinya sudah terlanjur luluh, sudah terlajur dibutakan oleh perhatian dan kebaikan yang telah diberikan oleh sang suami.
Penulis Cerita: Gaddang Arief
Bagikan :

 
 
Copyright © 2014 Kotatulis - All Rights Reserved
Hak Cipta dan Ketentuan | Tentang Kami