“rina slamat ulang tahun ya!” Semua anak pasti bicara seperti itu. kata-kata yang sangat membosankan bagiku. mereka merasa bahagia dikala aku bahagia. tapi dikala aku sedih tak satu pun dari mereka yang turut sedih, kecuali sahabat ku adit. adit selalu menghiburku di saat aku sedih, membuatku lebih baik. aku cinta padanya akan tetapi tidak sebagai pacar tapi sebagai sahabat yang takkan pernah berakhir.
Segunung kado menumpuk di kamarku. Tapi kado yang bernamakan adit tidak ada. berulang kali ku mencari apa adit lupa denganku? tidak mungkin. adit takkan lupa dengan sahabat sejatinya. mungkin ia akan memberikan kadonya besok dan lebih istimewa pastinya, aku yakin itu.
“assalamualaikum!!” Seseorang mengetuk rumahku. mungkin ini adit segera ku membukakan pintu
“adit?” teriakku
“rin, ini gawat!!” Tersentak aku kaget melihat siapa yang berkunjung ke rumah ku. nisa sahabat kedua ku di sekolah
“ada apa nis?”
“a, a, a, adit!!”
“kenapa?, kenapa sama si adit?” sambil menggoyang-goyangkan tubuh nisa
“si adit pengen ke amerika, sekarang dia sudah di bandara!” jelasnya sambil terbata-bata
“apa?”
“adit?” teriakku
“rin, ini gawat!!” Tersentak aku kaget melihat siapa yang berkunjung ke rumah ku. nisa sahabat kedua ku di sekolah
“ada apa nis?”
“a, a, a, adit!!”
“kenapa?, kenapa sama si adit?” sambil menggoyang-goyangkan tubuh nisa
“si adit pengen ke amerika, sekarang dia sudah di bandara!” jelasnya sambil terbata-bata
“apa?”
Aku langsung mengganti pakaianku, menancap gas motorku menuju bandara
“rin gue ikut ya”
“iya cepat naik!”
“rin gue ikut ya”
“iya cepat naik!”
Aku mengandarai motor dengan kecepatan tinggi, tak peduli dengan polisi dan ocehan nisa yang sedari tadi mengomel padaku. ini semua demi sahabatku adit. menurutku ini semua tak sebanding dengan apa yang telah adit lakukan padaku, adit mengapa kamu nggak pamitan dulu sama aku.
“rin nggak bisa lebih cepet lagi lo nyetirnya?”
“ok!!”
Aku tertawa kecil dalam hati. aku tahu pasti nisa hanya bercanda tapi well jika itu yang ia mau.
“rin nggak bisa lebih cepet lagi lo nyetirnya?”
“ok!!”
Aku tertawa kecil dalam hati. aku tahu pasti nisa hanya bercanda tapi well jika itu yang ia mau.
Karena jalanan cukup sepi aku menambah kecepatanku menjadi 100/km per jam kecepatan perdana selama aku mengendarai motor. nisa menutup matanya tak berani melihat perilaku nekat ku ini. setelah dua jam perjalananku akhirnya aku sampai juga di bandara. nisa terlihat syok karena perjalanan kami tadi. jadi ku tinggalkan saja dia di parkiran.
Aku berlari di kerumunan banyak orang. tidak sedikit orang yang ku tabrak. dan banyak dari mereka yang minta maaf kepadaku seharusnya aku yang minta maaf kepada mereka. aku mengahmpiri OB yang sedang menyapu lantai.
“pak pesawat yang jurusan amerika udah berangkat belum?” tanyaku terburu-buru
“belum neng, mungkin sekitar lima menit lagi pesawatnya berangkat!”
“pak pesawat yang jurusan amerika udah berangkat belum?” tanyaku terburu-buru
“belum neng, mungkin sekitar lima menit lagi pesawatnya berangkat!”
Aku langsung melesat meninggalkan OB itu, ia hanya menggelengkan kepala melihatku berlari. adit aku pasti datang.
Aku merasa kesal karena bandara tidak bisa diajak kompromi. bandara sangat ramai akan orang-orang. lalu ku melihat pesawat yang siap terbang dan dibalik kaca ku melihat sesosok muka yang sudah tudak asing bagiku “adit”
“adit!!!” teriakku sambil memukul-mukul kaca
Adit melirik kaget ke arahku ia hanya tersenyum manis berlinangkan adir mata dan memperlihatkan secarik kertas padaku.
Aku merasa kesal karena bandara tidak bisa diajak kompromi. bandara sangat ramai akan orang-orang. lalu ku melihat pesawat yang siap terbang dan dibalik kaca ku melihat sesosok muka yang sudah tudak asing bagiku “adit”
“adit!!!” teriakku sambil memukul-mukul kaca
Adit melirik kaget ke arahku ia hanya tersenyum manis berlinangkan adir mata dan memperlihatkan secarik kertas padaku.
“rin, makasih ya udah dateng, maaf ya aku nggak bisa ngasih kado buat kamu tapi kado aku buat kamu simple kok hehehe. kado ku hanyalah doa yang selalu ku panjatkan untukmu.”
Salam manis adit
Salam manis adit
Aku hanya menangis sambil melambaikan tangan padanya. menurutku itu adalah kado terindah sepanjang hidupku. pesawat itu terbang dan menghilang ditelan awan
Penulis Cerita: Imam Nur Hidayat